top of page
artwork (37).png

HISTORY SEJARAH

SEJARAH.png

This period began in a small village where the residents revered a large banyan tree. The term "Wusa" represented everything to these villagers, referring to the banyan tree itself, the name of their village, and their belief system. The village did not have any leaders apart from the heads of individual families or clans. Each clan had traditional roles handed down through generations. The six primary clans during the Wusa era were:


Hegami: Regarded as the oldest clan and believed to be descendants of the first humans in the Wusa region. Their traditional role was to lead prayers, maintain ancestral knowledge, and possess the ability to channel natural energies and decipher mystical signs.
Nekhsyala: A clan skilled in crafting tools and everyday utensils.
Agaca: A clan trained in mastering weapons and skilled in combat, responsible for ensuring the safety of all Wusa inhabitants.
Makha: A clan knowledgeable about plants and medicines, with the traditional role of cultivating and utilizing plants for physical and spiritual well-being.
Yabukha: A clan tasked with hunting and preserving wildlife, trained in tracking and able to communicate with animals. Members of this clan were spread across mountains, forests, and riversides.
Ajasa: A clan dedicated to teaching knowledge and promoting social justice, trusted by villagers to develop strategies and establish societal norms.


Additionally, there were other clans with various functions, such as those responsible for playing musical instruments during rituals, masters of fire and light , and even clans trained in construction and capable of performing heavy physical labor.

The people of Wusa maintained the continuity of each clan's roles as a way to survive without the need to establish concepts of currency or hierarchical power structures.


Wusa teachings did not recognize the concept of linear time and considered time to be sacred. The greatest sin in Wusa teachings was to question the inevitability of time. The punishment for such transgressions was being burned alive.

 

 

Dimulai di satu desa kecil yang penduduknya menyembah sebuah pohon beringin besar. Wusa adalah nama segala nama bagi penduduk desa ini. Wusa adalah nama beringin, nama desa mereka, dan nama kepercayaan mereka. Desa ini tidak memiliki pemimpin kecuali pemimpin keluarga/klan masing-masing. Setiap klan memiliki fungsi adat yang diwariskan turun-temurun. Enam klan utama di era Wusa adalah:

  • Klan Hegami: Klan tertua yang konon adalah keturunan manusia pertama di tanah Wusa. Fungsi adatnya adalah untuk memimpin doa dan merawat pengetahuan leluhur, juga memiliki kemampuan untuk mengolah energi alam dan membaca pertanda gaib.

  • Klan Nekhsyala: Klan yang memiliki keahlian membuat alat dan perkakas untuk kebutuhan sehari-hari.

  • Klan Agaca: Klan yang terlatih untuk menguasai senjata, pakar dalam pertarungan dan memiliki fungsi adat untuk menjaga keselamatan setiap penghuni tanah Wusa.

  • Klan Makha: Klan yang menguasai ilmu tanaman dan obat-obatan. Mereka memiliki fungsi adat untuk menanam dan memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber segala kebaikan fisik dan batin.

  • Klan Yabukha: Klan yang bertugas untuk berburu dan melestarikan hewan. Mereka juga terlatih untuk melacak jejak dan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan hewan. Anggota klan ini tersebar di area gunung, hutan, dan tepi sungai.

  • Klan Ajasa: Klan yang fungsi adatnya adalah untuk mengajarkan ilmu dan keadilan sosial. Mereka dipercaya penduduk desa untuk memikirkan strategi dan aturan masyarakat.

 

Ada juga beberapa klan lain dengan fungsinya masing-masing seperti klan yang bertanggungjawab untuk memainkan alat musik saat upacara ritual, untuk mengelola api dan cahaya, hingga klan yang terlatih untuk membangun dan sanggup melakukan pekerjaan fisik yang berat.

 

Menjaga regenerasi fungsi tiap klan adalah cara penduduk Wusa bertahan hidup tanpa perlu menciptakan konsep alat tukar atau hirarki kekuasaan. 

 

Ajaran Wusa tidak mengenal konsep waktu yang linear dan menganggap waktu adalah sesuatu yang sangat sakral. Dosa terbesar di ajaran Wusa adalah mempertanyakan keniscayaan waktu. Hukuman bagi yang melanggar adalah dibakar hidup-hidup.

POSTER RIWAYAT WUSA BAGIAN DALAM TANPA LOGO.jpg

LEGENDA KHAWAGAKA:
RIWAYAT WUSA

Seri film pertama dalam legenda Khawagaka yang mengisahkan bangkit dan runtuhnya peradaban yang kelak melahirkan ajaran Khawagaka

Ditulis dan dinarasikan oleh Rully Shabara

The first film in the series of Khawagaka legends, depicts the rise and fall of a civilization that eventually gives birth to the teachings of Khawagaka.

Written and narrated by Rully Shabara.

bottom of page